Sepertinya, aku harus revisi ulang naskah 132 halaman cerita yang tadinya diniatin jadi novel (amiinn). Sebenarnya ini proyek antara niat dan engga. Dulu, 7 tahun lalu (What? 7 years?), agak kaget juga waktu ngitung tragedi semangat bikin novelnya 7 tahun lalu, waktu itu sih semangat '45 banget bikinnya, zaman lulus SMA. Setelah tersadar, kayanya ni novel udah jadul banget. Novel yangg masih bertema teenlit, soalnya jiwa nya masih remaja sekali waktu bikin cerita ini. Apa sih yang ngga jauh-jauh dari teenlit? Anak sekolah, cowok-cewek populer, pensi, dll. Awalnya sih menghindari pakem seperti itu, tapi nyatanya tidak bisa, karena kayanya harus ada isi-isi yang disebutkan tadi. tapi aku mencoba menyuguhkan hal berbeda, ngga biasa, dan ngga mudah ditebak. Tapi makin ke sini, koq kayanya anak sekolah makin dan makin bertambah sisi dewasanya. SD udah kaya SMP, SMP udah kaya anak SMA, anak SMA udah kaya anak kuliah, anak kuliah udah kaya apa dong??. Nah dari situ aku mikir, harus ada yang berubah dari latar, jalan cerita, kalau isi sih kayanya engga.
Waktu awal menulis cerita itu, teknologi masih belum sesesesebegitu nya (susah mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana teknologi memperngaruhi jiwa dan sikap anak jaman sekarang). Namun sekarang sudah merajalela, contohnya, bisa bikin pusing kepala kalau satu hari tak ada internet. Karena tokoh-tokoh di novel itu belum ada tekhnologi yang ikut campur, kayanya aku mau tambahin sedikit efek dan atau sedikit sentuhan teknologinya. Ngga banyak-banyak, karena nanti malah akan merusak penampilan dari isi nya.
Well, pertanyaannya sekarang adalah, kapan aku akan memulai revisi nya?. Itu dia pertanyaan terbesarku saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar