Bulan Juni kayanya lagi fenomena "Janur Kuning Melengkung" di setiap gang ya. Sebenarnya sih bukan hanya bulan Juni aja, tapi kayanya lebih banyak aja gitu ngeliat janur di mana-mana setiap weekend.
Beberapa hari lalu, aku dan suamiku pergi ke suatu tempat, mumpung libur, jadi aku habiskan waktu satu hari bersamanya. Saat perjalanan menuju daerah Depok, rasa penasaran membuatku bertanya-bertanya, siapa gerangan yang menikah di gang itu. Entah kenapa, rasa iri nyantol di hati. Hahahahaha, iri di sini bukan iri ngeliat orang married, tapi lebih kepinginan untuk resepsi lagi. Pasti bakal diketawain abis-abisan sama misua kalo ngomong hal ini. Ngga cuma sekali dua kali, tapi berkali-kali. Abis seru aja gitu ngalamin yang namanya resepsi pernikahan sekali seumur hidup. Bayangan-bayangan menjelang hari H, membuat aku ngga enak makan satu minggu. Apakah begitu juga yang di alamin orang yang bakal married.
Sedikit sharing mengenai janur kuning ini (Alias, pernikahan).
Ingat waktu malam sebelum hai H, orang-orang lagi pada stress di luar , aku malah santai nyalon di kamar. Ngebayangin, bakal nervous nya kaya apa ya...Dipijit sambil lulur pun jadi penenang. Abis mandi seger-seger, aku dilarang jalan-jalan keluar. Laaaaahhh, mana bisa aku diem-diem gini, sementara bakal ada hajat besar di rumah. Takjub dengan hasil dekorasi tenda tertutup dengan luas kurang lebih sekitar 120m, sudah berdiri tegak di halaman rumah. Waaahh, bakal kaya apa besok. Thanks to my Parents, for being my best wedding organizer.
Lagi asyik ngeliatin teman-teman yang bikin janur kuning yang kecil , apa ya namanya klo ga salah mayang sari apa sari -sari gitu deh , ngga ngerti. Jadi ngebayangin, wuih, bakalan ada nama aku tertampang di sudut-sudut jalan..hhihihi.
Malam larut, hati mulai dag dig dug. Kekahawatiran mulai terjadi saat hujan sedikit turun, ya Allah aku banyak-banyak berdoa gar hujan tidak turun hari ini, agar besok acaranya lancar. Aminn. Tapi gerimis terus turun. Aku mulai panik. Apa lagi ini, masa sampai hari ini pelaminan belum di pasang. Aku mulai teriak dalam hati. Aku ngga berani komentar banyak, karena semua hal yang urus orang tua, jadi aku segan berkomentar. Aku diam. Sampai jam 3 pagi aku terbangun. Iseng aku keluar rumah, siapa tahu, surprise, bakalan udah jadi dekorasi di pelaminan. Dan... yang paling ditakutkan terjadi, pelaminan itu belum beres, bahkan 70%. Aku terduduk diam di luar rumah. Mau komentar apa? aku hanya diam seribu bahasa, mendengar selentingan orang yang smasih sibu wara wiri bilang, orang dekor nya salah pasang pelaminan. Yang aku pesan bukan yang seperti itu, tapi yang datang bisa dibilang kurang begitu memuaskan. Aku diam lagi. Mau berbuat apa dan bagaimana, sedangkan acara tinggal beberapa jam lagi.
Aku paksakan untuk tidur dengan perut keroncongan, aku ingat aku belum makan sejak pagi. Paginya aku bangun, aku ngintip sedikit persiapannya yang sudah 98%. Ya, aku jadi sedikit masa bodo' lah dengan pelaminan, yang penting sah nya. Ya khan.
Ah, akhirnya, waktunya datang juga. Akad dimulai. Dengan mengenakan gaun kebaya warna putih tulang,waktunya datang juga. Aku masih belum bisa percaya kalau hari ini, hajat milik diriku. Aku ingin tertawa. Bukannya terharu saat akad di mulai. Rasa nervous sindrom pranikah luntur seketika saat menyambut tangan pengantin laki-laki. Alhamdulillah. barokallah.
Kembali ke "Fenomena "Janur Kuning Melengkung" " ini, aku sampai saat ini masih terbayang-bayang suasana resepsi pernikahan. seperti ingin mengulang lagi saat-saat seperti itu setiap melihat janur kuning melengkung.
Beberapa hari lalu, aku dan suamiku pergi ke suatu tempat, mumpung libur, jadi aku habiskan waktu satu hari bersamanya. Saat perjalanan menuju daerah Depok, rasa penasaran membuatku bertanya-bertanya, siapa gerangan yang menikah di gang itu. Entah kenapa, rasa iri nyantol di hati. Hahahahaha, iri di sini bukan iri ngeliat orang married, tapi lebih kepinginan untuk resepsi lagi. Pasti bakal diketawain abis-abisan sama misua kalo ngomong hal ini. Ngga cuma sekali dua kali, tapi berkali-kali. Abis seru aja gitu ngalamin yang namanya resepsi pernikahan sekali seumur hidup. Bayangan-bayangan menjelang hari H, membuat aku ngga enak makan satu minggu. Apakah begitu juga yang di alamin orang yang bakal married.
Sedikit sharing mengenai janur kuning ini (Alias, pernikahan).
Ingat waktu malam sebelum hai H, orang-orang lagi pada stress di luar , aku malah santai nyalon di kamar. Ngebayangin, bakal nervous nya kaya apa ya...Dipijit sambil lulur pun jadi penenang. Abis mandi seger-seger, aku dilarang jalan-jalan keluar. Laaaaahhh, mana bisa aku diem-diem gini, sementara bakal ada hajat besar di rumah. Takjub dengan hasil dekorasi tenda tertutup dengan luas kurang lebih sekitar 120m, sudah berdiri tegak di halaman rumah. Waaahh, bakal kaya apa besok. Thanks to my Parents, for being my best wedding organizer.
Lagi asyik ngeliatin teman-teman yang bikin janur kuning yang kecil , apa ya namanya klo ga salah mayang sari apa sari -sari gitu deh , ngga ngerti. Jadi ngebayangin, wuih, bakalan ada nama aku tertampang di sudut-sudut jalan..hhihihi.
Malam larut, hati mulai dag dig dug. Kekahawatiran mulai terjadi saat hujan sedikit turun, ya Allah aku banyak-banyak berdoa gar hujan tidak turun hari ini, agar besok acaranya lancar. Aminn. Tapi gerimis terus turun. Aku mulai panik. Apa lagi ini, masa sampai hari ini pelaminan belum di pasang. Aku mulai teriak dalam hati. Aku ngga berani komentar banyak, karena semua hal yang urus orang tua, jadi aku segan berkomentar. Aku diam. Sampai jam 3 pagi aku terbangun. Iseng aku keluar rumah, siapa tahu, surprise, bakalan udah jadi dekorasi di pelaminan. Dan... yang paling ditakutkan terjadi, pelaminan itu belum beres, bahkan 70%. Aku terduduk diam di luar rumah. Mau komentar apa? aku hanya diam seribu bahasa, mendengar selentingan orang yang smasih sibu wara wiri bilang, orang dekor nya salah pasang pelaminan. Yang aku pesan bukan yang seperti itu, tapi yang datang bisa dibilang kurang begitu memuaskan. Aku diam lagi. Mau berbuat apa dan bagaimana, sedangkan acara tinggal beberapa jam lagi.
Aku paksakan untuk tidur dengan perut keroncongan, aku ingat aku belum makan sejak pagi. Paginya aku bangun, aku ngintip sedikit persiapannya yang sudah 98%. Ya, aku jadi sedikit masa bodo' lah dengan pelaminan, yang penting sah nya. Ya khan.
Ah, akhirnya, waktunya datang juga. Akad dimulai. Dengan mengenakan gaun kebaya warna putih tulang,waktunya datang juga. Aku masih belum bisa percaya kalau hari ini, hajat milik diriku. Aku ingin tertawa. Bukannya terharu saat akad di mulai. Rasa nervous sindrom pranikah luntur seketika saat menyambut tangan pengantin laki-laki. Alhamdulillah. barokallah.
Kembali ke "Fenomena "Janur Kuning Melengkung" " ini, aku sampai saat ini masih terbayang-bayang suasana resepsi pernikahan. seperti ingin mengulang lagi saat-saat seperti itu setiap melihat janur kuning melengkung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar